Mencicipi Kuliner Antimainstream yang Jarang Didengar
Jika kamu merasa bosan dengan makanan yang itu-itu saja, mungkin sudah waktunya menjelajahi kuliner antimainstream yang jarang terdengar namanya, tapi kaya rasa dan cerita. Dari bahan tak biasa hingga cara pengolahan unik, kuliner-kuliner ini layak dicoba oleh para penikmat tantangan rasa sejati!rusia slot88
1. Tikus Panggang – Sajian Ekstrem dari Sulawesi Utara
Di beberapa daerah di Sulawesi Utara, tikus hutan panggang bukanlah hal aneh. Dagingnya dianggap lebih bersih karena hidup di alam liar dan tidak mengonsumsi sampah. Biasanya disajikan dengan rica-rica pedas. Meski terdengar ekstrem, banyak yang bilang dagingnya empuk dan gurih.
2. Tempoyak – Fermentasi Durian ala Sumatera
Buat penggemar durian, tempoyak wajib dicoba! Tempoyak adalah durian yang difermentasi dan biasa dijadikan sambal atau campuran masakan seperti ikan patin tempoyak. Rasanya asam kuat dengan aroma khas, cocok untuk kamu yang berani eksplor rasa ekstrem.
3. Kaledo – Sop Kaki Sapi dari Palu
Kaledo atau “kaki lembu donggala” adalah sup khas Sulawesi Tengah yang menggunakan tulang kaki sapi lengkap dengan sumsumnya. Disajikan dengan kuah asam pedas segar, kaledo dimakan bersama singkong rebus. Rasanya unik dan menghangatkan badan.
4. Rempelo Ati Sate Lilit – Perpaduan Jeroan dan Tradisi Bali
Sate lilit biasanya terbuat dari daging ayam atau ikan yang dibumbui lalu dililit pada batang sereh. Namun, beberapa versi antimainstream menggunakan jeroan seperti rempelo ati untuk sensasi rasa yang lebih “berani”. Gurih, pedas, dan khas Bali banget!
5. Papeda – Makanan Bertekstur Lengket dari Papua
Papeda terbuat dari sagu dan memiliki tekstur seperti lem kental. Biasanya dimakan bersama kuah ikan kuning. Teksturnya mungkin butuh adaptasi, tapi rasanya ringan dan menyehatkan. Papeda juga bebas gluten, cocok untuk diet tertentu.
Kesimpulan
Kuliner antimainstream membuka pintu rasa baru yang jarang dijamah. Meski tak semua cocok dengan lidah kebanyakan, mencicipinya bisa jadi pengalaman kuliner yang memperkaya wawasan dan rasa hormat terhadap keberagaman budaya makanan di Indonesia. Siap tantang lidahmu?